Thursday, April 26, 2018
Festival Gawai Dayak salah satu tradisi tahunan yang mempunyai keunikan tersendiri
Gawai Dayak adalah salah satu
tradisi sekaligus festival tahunan yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya dalam
masyarakat Dayak Kalimantan khususnya Kalimantan Barat, biasanya tradisi atau
festival budaya tahun ini rutin diselenggarakan di Rumah Radang Pontianak
setiap bulan Mei. Gawai Dayak merupakan budaya sekaligus Ikonik yang
melambangkan keunikan budaya Dayak yang terdapat dalam daftar keragaman budaya
yang ada di Nusantara. Bukan tampa alasan Gawai Dayak menjadi Budaya yang
sangat ikonik, karena Gawai Dayak adalah
sebuah festival tahunan yang mempunyai keunikan tersendiri dan merupakan acara
tahunan yang rutin diselenggarakan dengan demikian Gawai Dayak ini sendiri telah
menarik minat orang luar seperti wisatawan dalam dan luar negeri untuk meliput
momen tersebut dalam lensa mereka masing-masing, hal tersebut bisa kita lihat pada saat digelarnya
pawai atau festival gawai dayak ketika acara pembukaan Gawai bahkan sampai penutupan
sekaligus. Bila kita lihat secara budaya tradisi Gawai Dayak ini merupakan
bentuk atau wujud rasa syukur kita terhadap tuhan yang maha esa atau jubata
atas rejeki yang telah diberikan seperti panen padi yang sangat berlimpah pada
musim berladang dan masih diberikan umur panjang serta dijauhkan dari hal-hal atau
sesuatu yang buruk.
Tuesday, April 24, 2018
Menepis anggapan tentang ucapan Terima Kasih yang tidak terdapat dalam bahasa berbagai suku Dayak Kalimantan
Uacapan terima kasih adalah salah satu bentuk reaksi
dari seseorang yang hendak menerima sesuatu bentuk belas kasian dan rasa syukur
atas bantuan dan materi yang diberikan oleh orang lain kepada orang tersebut
begitu pun sebaliknya. Tapi disini saya ingin membahas satu hal yang dikata
orang lain tentang adat istiadat dalam suku Dayak, yaitu tentang kata terima
kasih yang secara khusus tidak terdapat
dalam terjemahan bahasa suku Dayak manapun yang ada di pulau Kalimantan. Pernah
seseorang bertanya kepada saya tentang apakah suku Dayak mengenal rasa terima kasih dalam kehidupan
bermasyarakat dan interaksi sosial di lingkungan suku Dayak itu sendiri pada
zaman nenek moyang dahulu atau sampai dengan saat ini, mengingat tidak adanya
terjemahan secara khusus kata terima kasih dalam bahasa dayak?. Baiklah disini
saya ingin menjelaskan jawaban atas pertanyaan orang tersebut. Rasa terima
kasih itu tidak selalu dalam bentuk ucapan karena rasa terima kasih bisa saja
dalam bentuk sebuah aksi atau doa Seperti kebiasaan atau tradisi dalam adat
istiadat suku dayak. jadi pada pokok pembahasannya saya simpulkan bahwa memang
ada beberapa Sub Suku Dayak yang secara khusus tidak ada terjemahan kata Terima
Kasih, tetapi bukan berarti Suku Dayak tidak mengenal rasa terima kasih. Dalam
tradisi atau kebiasaan suku dayak terima kasih diungkapkan melalui sebuah aksi
dengan rasa syukur yaitu tradisi gawai dayak secara besar maupun Gawai berkat
benih pada suatu kampung serta ritual adat lainnya. Hal itu dilakukan untuk
memanjatkan doa dan rasa syukur (terima kasih) kepada tuhan atau jubata dalam
bahasa dayak. Jadi pada intinya anggapan tentang suku Dayak yang tidak mengenal
rasa terima kasih itu anggapan yang salah besar, karena sebenarnya suku Dayak
memang sudah mengenal rasa terima kasih secara turun temurun dari nenek moyang
suku Dayak itu sendiri.
Rumah panjai sungai antu hulu, rumah betang tertua suku Dayak Mualang
Sunday, April 22, 2018
Panglima Burung, Panglima Ngayau dan Panglima Abio, pejuang legendaris Dayak.
Tidak seperti penampilan orang-orang yang mengaku Panglima Dayak hari ini, Panglima Burung Mansau adalah seorang bersahaja dan pejuang Dayak Iban. Beliau berasal dari Desa Majang, Kapuas Hulu, dan lahir pada tanggal 14 November 1914. Salah satu perjuangan beliau adalah menyerbu Pontianak, untuk membalas dendam kepada Jepang atas kematian Pang Suma. Kemudian menuntut diangkatnya Sultan Pontianak untuk menghindari kekosangan kekuasaan. Dalam Buku Sultan Hamid II , Sang Perancang Lambang Negara Elang Rajawali - Garuda Pancasila, pada bagian : Surat Sultan Hamid II kepada Solichim Salam, Penjelasan tentang Sejarah Lambang Negara RIS 11 Februari 1950, disitu beliau mengungkapkan andil Panglima Burung dalam memberikan masukan membuat lambang Negara Indonesia. Panglima burung wafat pada pada tahun 2005 silam dan dimakamkan pada tanggal 27 Oktober 2005 di Taman Makam Pahlawan Pang Suma di Meliau, Kalimantan Barat.
sumber : halaman facebook Pulau Dayak
https://www.facebook.com/photo.php
Sunday, April 1, 2018
SIMBOL BERSATUNYA SEMANGAT PARA LELUHUR KALIMANTAN
Simbol Bersatunya Semangat Para Leluhur Kalimantan biasanya akan muncul jika akan ada kegiatan besar atau sering juga muncul jika akan terjadi peperangan. Simbol ini muncul pada kawasan suci yang dahulunya pernah menjadi Balai atau Tempat bertemunya Para Leluhur Kalimantan yang memiliki kemampuan spiritual yang tinggi atau dengan kata lain memiliki Ilmu yang tinggi. Jika Para Leluhur Kalimantan tersebut telah tidak ada lagi di dunia, maka diyakini bahwa ruh-ruh suci Para Leluhur tersebut atau Ilmu-Ilmu yang dimiliki berkumpul pada kawasan yang muncul simbol seperti ini. Pemunculan simbol seperti ini tidak pada kawasan sembarangan, ada kawasan tertentu yang mengikuti syarat dan ketentuan dari pembentukan kawasan suci. Untuk penjelasan tentang kawasan suci tersebut akan dibahas pada postingan yang lain. Simbol ini dapat muncul dengan disengaja yaitu dibuat oleh Tetua Adat yang turun temurun mengetahui tentang simbol tersebut dari Leluhurnya. Namun simbol tersebut dapat juga muncul dengan tanpa disengaja. Untuk tanpa disengaja ini ada dua makna yaitu muncul dengan sendirinya sebagai tanda kepada anak keturunan mereka, dan dapat melalui manusia yang tanpa sadar akibat pengaruh Ruh-Ruh Suci tersebut sehingga tanpa diketahuinya membuat simbol tersebut mengikuti kemauan dari Ruh-Ruh Suci tersebut. Untuk di Kabupaten Sanggau, kemunculan simbol seperti ini merupakan tanda berkumpulnya semangat Para Leluhur Pasak Sanggau yang telah berkumpul pada kawasan tersebut, dimana kawasan itu dahulunya merupakan kawasan suci sebagai Balai atau tempat Para Leluhur Pasak Sanggau berkumpul.
sumber : Halaman Facebook Poesaka Kapoeas
sumber : Halaman Facebook Poesaka Kapoeas