Lawan atau Singa Jaga Kota lahir tahun 1865 dan wafat pada tanggal 13 Desember 1977. Lawan atau Singa Jaga Kota ini memiliki kaki yang panjang, sehingga jika beliau duduk menjongkok maka lutut kakinya tersebut berada melewati atas kepala beliau.
-
Danau Sentarum
Danau Sentarum merupakan danau yang dikelilingi hutan basah yang berada tepat dijantung belantara hutan Kalimantan dan merupakan danau terbesar di Kalimantan...
-
Hutan Hujan
Hutan hujan adalah salah satu karakteristik beberapa bagian hutan di belantara Kalimantan yang beriklim tropis dan sub tropis...
-
Iklim tropis dan sub tropis
Sebagian besar wilayah Kalimantan memiliki dua iklim yaitu iklim tropis dan sub tropis yang membuat wilayah Kalimantan memiliki rata-rata curah hujan dari sedang hingga tinggi...
-
Kultur Budaya
Kalimantan memiliki kultur budaya yang sangat unik salah satunya kultur dan budaya yang berasal dari suku dan etnis Dayak yang memiliki Populasi terbesar yang tersebar di seluruh daerah di Kalimantan...
-
Flora dan Fauna
Kalimantan memiliki berbagai macam jenis flora dan fauna mulai dari tumbuhan liar, hewan endemik hingga primata khas Kalimantan yang berjumlah ribuan spesies...
Saturday, March 31, 2018
SIMBOL ASAL MUASAL LELUHUR DAYAK PANGKODANT
Lawan atau Singa Jaga Kota lahir tahun 1865 dan wafat pada tanggal 13 Desember 1977. Lawan atau Singa Jaga Kota ini memiliki kaki yang panjang, sehingga jika beliau duduk menjongkok maka lutut kakinya tersebut berada melewati atas kepala beliau.
Monday, March 19, 2018
sejarah kerajaan Lawai dalam peradaban suku dayak
Saturday, March 17, 2018
cerita asal muasal AMJI ATTAK
Selanjutnya pada November 1964, pasukan Mobrig Ranger berlayar dari Tanjung Pinang menuju Malaysia. Dan dua perahu pasukan Mobrig Ranger berhasil masuk daratan Malaysia, namun di hutan Malaysia mereka ditangkap Patroli Inggris di Port Sehan. Kesemua anggota pasukan Mobrig Ranger yang tertangkap tersebut kemudian disidangkan di Pengadilan Kuala Lumpur, dan dimasukkan ke penjara di Johor selama 2 tahun 8 bulan.
Adapun pasukan Mobrig Ranger Amji Attak adalah Resimen Pelopor yang menyusup diam-diam ke Malaysia pada Maret 1965. Dengan tujuh perahu sekoci, mereka berangkat lewat Belakang Padang di Batam. Saat sudah dekat daratan di peisisir Malaysia, mereka mendayung. Amji Attak yang pada masa itu berpangkat Aipda dan memiliki nama sandi Muhammad ditugaskan sebagai pemimpin pasukannnya, karena ia paling diandalkan dalam mendayung perahu. Keahlian mendayungnya tersebut berasal dari tempaan alam sebagai anak Dayak di pedalaman yang dekat dengan kehidupan sungai, sehingga mendayung ini sangat mudah baginya.
Ketika pasukan Resimen Pelopor Aipda Amji Attak memasuki wilayah perairan Malaysia pada malam hari yaitu di wilayah laut China Selatan, mereka mendengar suara deru kapal besar yang mendekat. Aipda Amji Attak segera memerintahkan pasukannya untuk waspada dan menyiapkan senjata, untuk selanjutnya bergerak memanfaatkan celah diantara kapal. Aipda Amji Attak juga memberitahukan kepada anggota pasukannya bahwa yang mereka hadapi adalah kapal patroli AL Malaysia dan Kapal Perang Inggris.Tanpa gentar sedikitpun segenap anggota pasukan Aipda Amji Attak langsung mengokang senjata mereka dan melepas pengamannya. Pada saat itulah lampu kapal patroli AL Malaysia menyoroti perahu yang membawa pasukan Pelopor tersebut, yang langsung disambut dengan reaksi pasukan Pelopor dengan segera menembaki lampu sorot tersebut. Sebuah tembakan tepat mengenai seorang anggota AL Malaysia dan sesaat kemudian terjadilah kontak senjata seru ditengah laut China Selatan pada malam tersebut. Hiruk pikuk suara tembakan dari masing-masing pasukan terdengar riuh dan memekakkan telinga. Suara teriakan dan suara tubuh manusia yang tercebur ke laut ramai terdengar. Rupanya beberapa anggota Pasukan Pelopor Aipda Amji Attak dan AL Malaysia terkena tembakan. Melihat hal itu Aipda Amji Attak segera memerintahkan anak buahnya untuk menembakan pelontar granat ke arah kapal musuh.
Tembakan pertama meleset dan granat jatuh ke laut, namun tembakan kedua berakibat fatal bagi kapal patroli AL Malaysia karena tembakan pelontar granat tepat mengenai gudang amunisi kapal sehingga kapal meledak dan menimbulkan cahaya terang. Kapal patroli AL Malaysia itu mengalami kerusakan berat dan mundur dari medan pertempuran. Mundurnya patroli AL Malaysia tersebut rupanya sambil memanggil bala bantuan, karena sesaat kemudian datanglah dua lagi kapal patroli AL Malaysia dan Kapal Perang Inggris. Dengan jarak yang masih jauh sehingga memungkinkan kedua kapal tersebut menggunakan meriam untuk menghajar posisi perahu pasukan Pelopor Aipda Amji Attak. Pertempuran kedua ini berjalan tidak seimbang karena pasukan Pelopor Aipda Amji Attak yang bersenjatakan senapan ringan dan pelontar granat harus menghadapi kapal AL Malaysia dan Inggris yang bersenjatakan meriam dan senapan mesin.
Namun demikian, Aipda Amji Attak tidak memerintahkan anak buahnya untuk menyerah melainkan justru memerintahkan untuk menyerang mendekati kedua kapal tersebut. Pada saat itu Aipda Amji Attak berstrategi bahwa dalam pertempuran jarak dekat masih ada harapan bagi pasukan Pelopor yang dipimpinnya untuk selamat atau paling tidak bisa mengakibatkan kerusakan yang lebih besar bagi musuh. Selanjutnya, tembakan senapan mesin kaliber 12,7 mm dari kapal musuh segera menghantam perahu pertama dan anggota Pasukan Pelopor Aipda Amji Attak yang ada di kapal tersebut tersapu tembakan. Dua perahu lainnya masih memberikan perlawanan dengan tembakan yang sengit. Pada peristiwa tersebut, Pasukan Pelopor Amji Attak hanya bersenjatakan senjata AR 15 sehingga sulit untuk membidik musuh. Sehingga para Pasukan Pelopor hanya menggunakan nalurinya untuk menembak. Mereka hanya membidik dan menembak pada saat pelontar granat ditembakan. Namun pada jarak yang jauh pelontar granat sulit diharapkan. Akhirnya perlawanan dari dua perahu pasukan Pelopor Aipda Amji Attak ini diakhiri oleh dua buah tembakan meriam yang mengenai samping perahu. Perahu Aipda Amji Attak hancur terkena tembakan meriam dan beliau gugur di Laut China Selatan. Perlawanan sengit pasukan Pelopor Aipda Amji Attak berakhir karena hampir semua anggota Pasukan Pelopor yaitu sebanyak 33 orang gugur dalam pertempuran tersebut.
Pada tahun 1966, Kesatrian Brimob Kelapa Dua diresmikan dan nama Aipda Amji Attak diabadikan sebagai nama Kesatrian Korps Brimob Polri Kelapa Dua. Selain karena ia paling senior, juga sebagai cikal bakal Pelopor Ranger dari kompi Resimen Pelopor. Selain itu juga sebagai pahlawan Dwikora yang gugur ketika peristiwa konfrontasi Malaysia. Dimana peristiwa ini ikut andil menghantarkan Malaysia, Singapura dan Brunei merdeka. Nama Aipda Amji Attak juga diabadikan dalam bentuk patung yang berdiri gagah di gerbang Kesatrian Brimob Kelapa Dua bersama patungnya Tobaki Takuda yaitu anggota Brimob Ranger yang juga tewas dalam konfrontasi dengan Malaysia tahun 1964.
SIMBOL-SIMBOL PERADABAN DAYAK PURBA
Adapun beberapa simbol Bangsa Dayak Purba yang sering ditemukan pada guratan batu-batu adalah sebagai berikut :
- Simbol Lilith atau Litih ini menggambarkan bahwa peradaban Bangsa Dayak Purba berada dibawah tanah. Dalam hal ini secara spiritual bahwa Bangsa Dayak Purba ini menghormati suatu ruh suci yang bersemayam dibawah tanah. Ruh suci ini diyakini berbentuk Naga. Biasanya kawasan yang ditemukan batu-batu bersimbol ini banyak ditemukan unsur-unsur emas karena perkembangan peradaban Bangsa Dayak Purba ini pada masa dahulu mengarah ke dalam tanah.
- Simbol Cantaka menggambarkan bahwa peradaban Bangsa Dayak Purba berada didalam air. Secara spiritual bahwa Bangsa Dayak Purba ini menghormati ruh suci yang bersemayam didalam air. Pada umumnya ruh suci tersebut diyakini berbentuk Buaya. Biasanya kawasan yang ditemukan batu-batu bersimbol ini banyak ditemukan unsur-unsur intan. Hingga sekarang masih diyakini bahwa peradaban Bangsa Dayak Purba ini masih ada dan terus berkembang didalam air.
- Simbol Zion menggambarkan bahwa peradaban Bangsa Dayak Purba berada pada sebuah Gunung atau Bukit Batu. Bangsa Dayak Purba dengan simbol seperti ini menghormati ruh suci yang diyakini bertubuh manusia dan berkepala burung. Bahkan beberapa masyarakat pedalaman meyakini bahwa kawasan yang ditemukan batu-batu bersimbol seperti ini merupakan tanda kawasan penduduk berkepala burung dengan kulitnya mirip kulit pohon kepuak. Pada umumnya, kawasan yang ditemukan batu-batu bersimbol ini akan terasa sangat mencekam, dengan suasana lembab dan sedikit terhambat untuk bernafas.
sumber : Laman Facebook Poesaka Kapoeas